Sejak peradaban manusia muncul sampai sekarang remaja selalu menjadi
pusat perhatian berbagai komponen masyarakat seperti orang tua,
organisasi, agama, dan masyarakat umum. Bahkan,
oleh pemerintah dalam hal ini Bangsa dan Negara tidak segan-segan
mengeluarkan sejumlah anggaran besar untuk mengurus berbagai hal tentang
remaja. “Besarnya perhatian berbagai kalangan tentang remaja disebabkan
oleh banyaknya harapan dan potensi yang diinginkan oleh berbagai
komponen masyarakat, termasuk pemerintah pada diri remaja” menurut
Monks, (2001: 8).
Di antara harapan termasuk yaitu remaja
diharapkan menjadi anak yang berbakti dan pahlawan keluarga oleh orang
tua, menjadi anak yang cerdas (intelek) dan bermoral oleh pendidik,
menjadi orang yang beriman dan bertaqwa serta berahlak mulia oleh agama,
menjadi calon pemimpin dalam organisasi, dan menjadi pencipta kedamaian
dan ketertiban oleh masyarakat umum. Sedangkan harapan bagi bangsa dan
negara adalah pelanjut pembangunan bangsa ke depan yang berkualitas,
kontrol sosial agen perubahan, atau pelopor dan pelaksana kegiatan yang
berbasis kemasyarakatan dan umat.
Perwujudan keseluruhan harapan tersebut
di atas, mustahil tercapai dengan sendirinya, perlu ada langkah-langkah
strategi guna mewujudkannya. Upaya-upaya yang dilakukan selama ini
misalnya, menekankan pembinaan remaja di lingkungan keluarga dan melalui
pendidikan formal (sekolah). Di samping itu, pemerintah juga giat
mengadakan seminar atau pelatihan mengenai remaja dan membentuk
organisasi remaja di bawah naungan instansi tertentu. Demikian pula
masyarakat umum membentuk berbagai macam lembaga atau organisasi pemuda,
baik yang berciri sosial kemasyarakatan, pendidikan, politik, maupun
lembaga pemuda yang bercirikan aliran tertentu.
Semua kegiatan atau organisasi ini
setidaknya memberikan kontribusi yang banyak dalam mewujudkan harapan
berbagai komponen masyarakat dan pemerintah terhadap diri remaja, atau
minimal menjadi wadah bagi remaja untuk menyalurkan bakat dan minatnya.
Selain itu, adanya kegiatan atau organisasi remaja tersebut menurut
Toputri, (2004:) mampu menggali potensi remaja menjadi remaja kreatif,
inovatif tidak berperilaku menyimpang seperti tawuran, seks bebas,
pengguna obat-obat terlarang, premanisme, dan hura-hura.
Berdasarkan hal di atas tampak bahwa
selama ini pembinaan remaja dari berbagai sisi masih kurang efektif. Hal
tersebut tampak pada kurang maksimal dan variatifnya bentuk pembinaan
yang dilaksanakan organisasi remaja. Kurang maksimal yang dimaksud di
sini adalah suatu kegiatan pembinaan seperti pelatihan dasar organisasi
dan kepemimpinan, dilakukan hanya sebatas teori yang tidak ada
lanjutannya yang aplikatif. Inilah yang disinyalir oleh Palengjahu
(1997) “yang menyatakan kurang maksimalnya pembinaan remaja diukur dari
out putnya yang kurang tampak pada diri remaja setelah diadakan program
pembinaan”. Adapun kurang inovatif maksudnya, organisasi pembinaan
remaja yang dilakukan terobosan-terobosan baru yang teruji mampu membina
remaja dengan baik. Salah satu contoh yang diperkenalkan Monks (2001)
yang dipandang sebagai terobosan baru adalah memadukan teori dan
simulasi terbatas dalam program pembinaan remaja.
Organisasi remaja yang dipandang mampu
mewujudkan harapan berbagai komponen masyarakat, termasuk bangra
terhadap remaja adalah remaja masjid. Melalui organisasi ini dilakukan
aneka kegiatan atau program kerja yang tidak hanya berorientasi
keagamaan (Islam), tetapi juga hal-hal sosial kemasyarakatan. Sebagai
sebuah wadah pembinaan remaja, remaja masjid memiliki ciri khas atau
keunikan yang jarang didapatkan di organisasi bersifat umum. Organisasi
ini menggabungkan antara penanaman nilai-nilai Agama Islam (ibadah)
dengan kegiatan sosial kemasyarakatan (muamalah). Contohnya, baca tulis
Al-Qur’an, kajian seputar agama Islam, latihan dasar kepemimpinan, bakti
sosial, seminar, dan pelatihan tentang masalah remaja, atau lomba lagu
qasidah.
Remaja masjid sering juga mengadakan
kegiatan kajian-kajian untuk memperluas kegiatan umum, keterampilan
dasar seperti kursus-kursus keterampilan memperbaiki standar.hidup, dan
pengenalan terhadap produk-produk teknologi. Selain itu, kegiatan
organisasi remaja masjid ini independen, artinya tidak terikat oleh
organisasi politik, aliran-aliran tertentu, apalagi status sosial.
Beberapa ciri khas ini menunjukkan bahwa remaja masjid murni mengembang
pembentukan remaja yang berkualitas, baik dari segi aqidah serta
mengarahkan remaja berwawasan luas dan mempunyai keterampilan